Kamis, 13 Maret 2014

expire in 45 days

Antara pengen dan nggak pengen nulis ini. Bukan apa-apa sih, takut aja kalau seluruh dunia "ciye"in aku. Halah.

Aku baru tahu, kalau ternyata tulang rusuk itu ada masa kadaluarsanya. Mana sebentar pula. Kayak minuman fermentasi yang masa expired-nya cuma beberapa minggu aja. Yah, namanya juga tulang rusuk susu. Konsep sama dengan gigi susu, yang nggak akan bertahan lama dan selamanya :))

Lets get it started...

Beberapa hari ini disibukkan dengan aktivitas, menunggu, menunggu dan menunggu. Mana menunggunya pake acara berdebar-debar. Iya, sebentar lagi penerjunan KKN. Sebentar lagi loh, tapi sampai sekarang aku belum tahu mau ditempatin dimana dan siapa aja temen satu posko. pfftttt. Sistem, sistem.

Selang beberapa hari, pengumuman tempat penerjunan sekaligus teman satu posko. Semua lewat online. TAPI, moment yang udah ditunggu berhari-hari aku rusak dengan acara TIDUR SIANG. Bagaimana tidak, rasanya malas luar biasa berebut buka sistem hanya untuk melihat dimana dan siapa. Toh, nanti pasti juga banyak yang ngabarin kok :)) *ketawa jahat. DAN BENAR SAJA, selepas bangun tidur sorenya (ini pengumumannya siang), udah banyak sms aja tuh yang masuk. Rata-rata dari temen satu jurusan yang nanyain dapet tempat dimana. Tapi ada satu nomor tak dikenal yang sms, dan bilang, salam perkenalan sekalian ngasih tahu dimana kami akan berada selama empat puluh lima hari itu. Dan yayaya, bla bla bla, basa basi gitu. Penasaran, akhirnya bisa buka sistem dan VOILA! Ini KKN kok deket dari rumah ya? Aku yang notabene anak rantauan yang menempuh sekitar lima sampai enam jam ke kampus itu, senang dong *bangga. Ini sih KKN bisa pulang terus. Secara gitu, jaraknya cuma satu setengah jam dari rumah. Lho tapi kok, ini siapa aja sih temen-temennya? Nggak ada yang kenal sama sekali. Ini siapa lagi? Tiga orang cewek dan empat orang cowok. Dan hei, kenapa cowoknya nggak ada yang cakep? *mendadak sebal. Ah sudahlaahhh.

Sebelum KKN dimulai, tiga hari sebelum penerjunan, YEP CUMA TIGA HARI SEBELUM PENERJUNAN *biasanya seminggu :((, kami pembekalan gitu. Jadi, dari sinilah aku berkenalan dengan teman-teman satu posko. Wuiihh, macam mana pula ini, kenapa semua orang jutek? Yang cewek jutek dan sibuk sendiri, yang cowok apalagi. Dan akhirnya, berhubung aku juga cuek dan masa bodoh, mendingan kabur. Dan baru juga kenal berapa jam, udah dibilang yang nggak-nggak. Katanya aku sering ngilang lah, katanya aku bukan kelompoknya lah *jahat :((

Hari penerjunan KKN, kami para perempuan diwajibkan naik mobil yang akan mengantar kami ke kabupaten. Untuk mengakrabkan diri dengan teman satu posko, akhirnya aku mengalah duduk bareng satu mobil, terpisah sama temen-temen satu jurusan *sedih :((

Hari pertama (aku bahkan belum kenal satu persatu teman satu posko, jangan kenal, nama aja nggak tau) rasanya semua serba asing, tapi bikin betah. Sungguh, udara pedesaan yang masih segar dan jernih ini bikin pikiran sama hati juga adem. Maklum lah, habis patah hati dan lagi berusaha untuk move on, ini moment yang tepat dan enak bener. Udah jadi rahasia umum, katanya sih kalau KKN biasanya banyak yang jodoh gitu. Semoga lah -aamiin-. Tapi rada nyesek juga sih, ini desa kan jauh gitu dari kecamatan sama kota. Apalagi ini desa di atas dan kesananya kudu lewat hutan dulu sejauh 3km. Nggak kebayang? Nggak usah dibayangin, datengin aja! Yah, proses perkenalan sekaligus adaptasi plus kudu akrab sama temen-temen satu posko itu rasanya campur aduk. Antara seneng, terharu, gembira, sedih, susah, lah gitu deh pokoknya.

Hari-hari di minggu awal KKN semua masih jaim. Semuanya masih serba kudu dibaik-baikin. Ya lah, kita nggak mau kalau kita dimusuhin. Kami bertujuh Simuk, Purba, Mame, Ijas, Cho sama Raras ini disibukkan berbagai macam kegiatan. Pergi ke inilah, pergi ke itulah. Sok kenal sana lah, sok kenal sini lah. Ribet. Sampai pada suatu ketika, dimana aku disuruh nemenin Simuk yang notabene adalah kormades (koordinator mahasiswa desa) buat rapat di kecamatan. Dari sinilah, ketua yang sekiranya dibangga-banggain sama Cho dan Raras ini ternyata cowok yang lembek dan menyebalkan. Dia cowok gitu, tapi nggak ada tegas-tegasnya sama sekali. Klemar-klemer kayak cewek. Sebagai perempuan yang terbiasa mandiri dan apa-apa diurus sendiri, sebel dong liatnya. Apalagi ini cowok nggak ada peka-pekanya sama cewek-cewek di posko. Omongan orang suka diputar balikin. Ckckck. Itulah yang ngebuat kami jadi ngblok. Simuk sendiri, sementara yang lain berenam selalu kompak dan ceria.

Malam itu kami habis makan malam kumpul di teras depan. Iseng-iseng mereka (kecuali Simuk tentunya) nanyain gimana pandanganku tentang mereka. Alasannya sih gara-gara aku mahasiswa psikologi dan dipercaya bisa membaca sifat, karakter dan pikiran orang dengan instan. Brrrrrrrr. Gemes banget kalo ada statment kayak gini. Pas tiba giliran Ijas, entah kenapa, gampang banget gitu buat ngenalin karakter dan kepribadian dia. Padahal sebelumnya, ngomong aja jarang banget lho. Apa mau dikata, ternyata dia miriiiippppp banget gitu sifatnya dan cara pandangnya sama aku. Mendadak, hati rasanya hangat. Berawal dari obrolan ini, kami jadi semakin dekat dan dekat. Mungkin karena ini, teman-teman mulai menyadari kalau kami ada sesuatu.

Aku memang nggak pernah meminta buat dekat sama dia. Dia juga nggak pernah minta buat dekat denganku. Semua terjadi begitu saja. Sampai dia cerita kalau dia naksir sama temen satu jurusanku yang poskonya lumayan jauh dari kami. Dari situlah, kami mulai sering kemana-mana bareng, bahkan pernah berdua lho. Ya sih, cuma buat ngecengin temenku itu. Tapi entahlah, kenapa aku bisa mau-mau aja gitu. Dia juga terbuka. Dia sering cerita tentang cewek yang lagi dideketin. Biasa-biasa aja sih, cuma pas baca salah satu BBM dia sama temenku itu. Jadi ceritanya, temenku itu malah ngira aku sama Ijas pacaran. Padahal, kemana-mana bareng, yang kelihatan akrab itu juga buat deketin dia, eh bisa-bisanya malah ngomongin kami pacaran. Sampai ditanyain pula. Ijas cuma bilang, kalau kami cuma sahabatan dan dia nyaman sama aku CUMA sebagai sahabat. Entahlah, aku merasa patah hati :(.

Ijas enggak sempurna kok. Kalau kalian mengira Ijas itu ganteng, kekar, tinggi dsb tipe cowok idaman itu berarti kalian SALAH BESAR. Iyalah, orang dia gendut begitu. Perutnya kayak nyimpen bola basket. Tapi kalo dibilang jelek juga nggak jelek-jelek amat. Lumayan lah.

Ijas itu kayak malaikat pelindung buatku (saat itu). Kenapa? Karena dia selalu ada kalau aku lagi sedih, dia selalu belain kalau aku di-bully, dia selalu bantu ketika aku susah dan dia selalu melindungi aku kalau aku merasa takut dengan apapun yang aku takutkan. Yang pasti, dia selalu melindungi aku dari pemuda-pemuda desa yang mencoba 'nakal' sama aku atau mau menjatuhkan kelompok KKN kami. Entahlah, sepertinya kami selalu berjodoh saat KKN itu. Atau cuma perasaanku saja? Kami seperti saling menemukan. Kami merasa seperti melengkapi satu sama lain. Kami bukan lagi sebagai sepasang sahabat atau sepasang kekasih. Apa ya namanya? Intinya, kami saling melengkapi dan melindungi satu sama lain.

Hal yang paling diingat adalah waktu kami rapat bersama Pak Lurah dan pemuda-pemuda desa untuk membahas program kerja yang akan kami laksanakan, disitu ada pemuda yang mencoba memanfaatkan aku untuk bekerja ini itu. Maksudnya untuk memegang tanggung jawab yang banyak dalam program kerja itu. Bayangkan ya, buanyak banget program kerja begitu kok mau dikasih ke aku semua tanggung jawabnya *jahat :(. Entah bagaimana, dia selalu membela. Dia selalu jadi penengah dan pembela. Apa karena dia mahasiswa hukum yang berjiwa pengacara? Entahlah. Yang jelas, dia tidak pernah membiarkan aku jauh dari jangkauannya. Sebagai puncaknya, akhirnya kami membagi program kerja itu menjadi empat kelompok besar. Masing-masing, ada dua orang mahasiswa KKN yang bertanggung jawab memegang satu program kerja besar. Dan, entah bagaimana, dia menegaskan kepada semua orang kalau dia harus satu program kerja denganku. Tersanjung? Jelas. Mulai saat itu, ada perasaan hangat dan menyejukkan secara bersamaan muncul kalau berada didekatnya. Ada perasaan menyenangkan ketika bersamanya. Selalu ada senyum dan tawa yang dia bagikan, dan selalu aku dimana dia melangkah. Sejak saat itu pula, setiap selesai salat 5 waktu, selalu ada nama dia yang selalu aku perbincangkan dengan Tuhan :)

Perasaan ini sungguh indah. Sebagai seorang perempuan, aku merasa dicintai dan dilindungi. Walaupun belum pernah ada kata terucap darinya. Dia, mmm, terlalu banyak kenangan yang dia bagikan untukku. Terlalu banyak peristiwa yang kami lakukan bersama. Kalau sama-sama Ijas, rasanya temen-temen yang lain hilang seketika :)

Ada tawa yang dia bagikan untukku. Ada tangis pula yang dia sentilkan untukku. Kalau bersamanya, rasa takut terhadap apapun yang menyeramkan dan menakutkan jadi hilang. Dia selalu bisa membuat orang lain nyaman dan aman saat didekatnya. Tapi herannya, cuma aku yang bisa merasakannya. Dan menyebalkannya, yang membuatku bertanya-tanya juga, dia merasa dekat denganku, tapi selalu saja ada orang lain yang dia ceritakan :(

Hal yang paling mengena adalah saat dia merawatku saat aku sakit. Jadi ceritanya, aku sakit dan teman-teman menganjurkanku untuk pulang. Bukan apa-apa, lebih enak sakit di rumah kan daripada ditempat orang lain? Tapi, aku nggak ingin pulang. Jadilah teman-teman repot mengurus ini itu. Kebetulan saat itu, Mame dan Raras sedang ada keperluan di kampus jadi mereka pamit untuk pulang. Orang yang paling perhatian dan khawatir saat aku sakit ya Ijas. Dia laki-laki, tapi aku merasa malu kalau apa-apaku harus dia yang mengurus. Mulai dari bikinin makan malam, menyiapkan makan malam untukku (eksklusif, udah dibuatin, diambilin dan hampir disuapin pula -namun dengan alasan malu akhirnya aku tolak-) sampai mengurus semuanya. Aku kayak bayi :( Tapi rasanya sungguh menyenangkan diperhatikan seperti ini. Ijas adalah orang yang paling panik kalau aku kenapa-kenapa sedikit. Ijas adalah orang yang paling khawatir kalau aku pulang terlambat dan Ijas adalah orang yang paling bawel kalau aku tidak memperhatikan kesehatanku sendiri.

Pernah suatu ketika aku dan Cho berniat akan ke kota untuk fotokopi dan segala macam. Kami pulang terlambat, Ijas sudah menunggu di depan rumah sambil ngomel-ngomel nggak jelas.

Puncaknya adalah sehari sebelum penarikan KKN. Hal itu yang membuat kami stres. Kenapa? Karena masa liburan kami habis dan masa kebersamaan kami sudahlah diambang batas. Kami jalan-jalan bersama keluarga Pak Lurah. Disaat itu, muncul rasa nyaman selalu berada didekat dan selalu diperhatikan Ijas tapi juga cemburu dan khawatir karena dia juga membagi perhatiannya, entahlah untuk perempuan mana lagi. Ya memang, aku saja bukan pacarnya kok ya aku mau protes.

Hari terakhir, hari penarikan. Seakan untuk melengkapi kebersamaan, perjalanan dari kabupaten ke kampus yang memakan waktu 3 jam perjalanan itu, benar-benar kugunakan bersamanya. Sesampainya di pelataran masjid belakang auditorium, aku menyapa sahabat-sahabat satu jurusan. Salah seorang sahabatku bilang, kalau Ijas terlihat cemburu saat aku ngobrol dan bersalaman dengan sahabatku yang laki-laki. Saat itupun aku tau, Ijas pun tengah dekat dengan perempuan yang aku kenal juga. Tak berapa lama setelahnya, mereka resmi berpacaran.

Sakit juga rasanya. Saat itu pula aku tahu, jodohku dan dia hanya sampai disitu. Kami berjodoh saat kami pertama bertemu, dan masa perjodohan kami juga habis ketika masa KKN juga berakhir. Sempat merasa kami saling cocok satu sama lain, sempat merasa kalau kami saling berjodoh dan sempat merasa bahwa tulang rusuk kami cocok, ternyata itu hanya pikiran belaka. Masa perjodohan kami kadaluarsa dalam waktu empat puluh lima hari, sama seperti masa KKN kami yang berlangsung empat puluh lima hari juga.

Dari sini aku tahu, tulang rusuk yang sebenarnya itu bukan hanya berasal dari pikiran yang mengatakan kalau kami adalah bagian. Ketika hati juga harus mengatakan demikian, dan kenyataan juga yang harus dilihat. Kemarin mungkin aku mengalami dan merasakan kalau kami cocok, kalau kami saling menjadi bagian satu sama lain, tapi itu hanya hasil dari sebuah pemikiran. Sebenar-benarnya hati ini sudah tahu, apalagi kenyataan. Tapi cinta bukannya mampu melumpuhkan logika? :). Logikaku tak bisa berjalan baik saat itu. Kenyataan selalu menghadirkan perasaan yang kadang menyakitkan, tapi logika mampu menolak semua itu. Bukan menjadi masalah atau soal ketika kami menjadi tulang rusuk susu yang mempunyai masa kadaluarsa. Namun aku juga belajar dari sini, bukan berarti ketika sifat, karakter dan kepribadian hampir mirip dengan lawan jenis, lalu kita dekat, lalu kita merasakan berbagai macam perasaan, terus kita berjodoh. Mungkin kami tidak berjodoh kemarin, tapi kita tentunya tidak tahu bagaimana jodoh kita di masa depan. Tugas kita hanyalah memperbaiki diri dan menjemput jodoh kita. Tulang rusuk susu atau jodoh yang ada masa kadaluarsanya itu, jadikanlah pembelajaran, supaya kelak kita tidak salah langkah lagi :) aamiin.

sekian dan wassalam.