Senin, 24 Desember 2012

berkebalikan

Tuhan itu Maha Baik
Tuhan itu Maha Pemurah
Tuhan itu Maha Penyayang

Allah memberikanmu nafas dan nikmat yang tak terduga setiap hari bukti bahwa Dia mencintaimu. Yaa Allah......



dan Tuhan menciptakan malam untuk kita tahu bagaimana indahnya siang
karena setelah ada gelap, pastilah ada terang

dan Tuhan menciptakan bulan untuk kita tahu bagaimana hangatnya mentari
karena dibalik dinginnya sesuatu, pastilah ada kehangatan yang tercipta

dan Tuhan menciptakan pelangi untuk kita tahu bagaimana indahnya pelangi
karena setiap ada tangis, pastilah ada senyum


Bulan membutuhkan bintang untuk menemaninya berjaga di kala malam terasa
Matahari membutuhkan awan untuk selalu melindungi dari hal-hal yang membuat panas
dan aku membutuhkanmu untuk  mengenal apa arti cinta
           

Jumat, 21 Desember 2012

selamat hari ibu, Mama

sebelah sayap yang aku punya itu Ibu
dan sebelahnya lagi, Ayah

IBU
Ibu, saat aku menulis ini, aku sedang berada jauh darimu, berratus-ratus kilometer jauhnya. Ya Ibu, meskipun aku jauh darimu, meskipun ragaku ini ada jauhnya di perantauan, tapi hati dan otakku tetap memikirkanmu, Ibu. Bu, dan karyaku ini aku persembahkan untukmu, sederhana dan mungkin tak bermakna, tapi ini ungkapan hatiku untukmu Bu.

Aku sudah duapuluhsatu tahun. Di usiaku yang seperti ini, aku belum merasa bisa membahagiakanmu. Entahlah, bagaimana caranya, seperti apa yang kau inginkan dariku. Tapi aku disini selalu berusaha, berusaha dan mengusahakan yang terbaik untukmu Ibu. Agar kelak Ibu bisa bangga padaku.

Ibu, aku tak ingin menggombal dengan tulisan-tulisan ini.

Ibu, tahukah engkau? Sekalinya Ibu memberikan kepercayaan padaku, tak akan pernah -setidaknya aku sedang dan terus berusaha- akan menjaga kepercayaanmu. Maaf Ibu, seringkali aku egois dengan semua permintaan-permintaan dan tingkah konyol yang tidak seharusnya aku lakukan. Maaf Ibu, seringkali aku berbohong padamu agar aku bisa menyelamatkan diriku sendiri dari pandangan buruk itu. Maaf Ibu, seringkali aku kasar dan tak sopan pada Ibu. Maaf Ibu, ketika aku belum bisa menjadi anak kebanggaanmu, ketika aku belum bisa membahagiakan Ibu.

Tapi dibalik itu semua, hati ini, cinta ini, seluruhnya milikmu. Aku sangat mencintaimu setelah aku mencintai Tuhan. Aku menyayangimu dengan segala pikiran dan jiwa ini. 

Ibu, seringkali aku tak mengerti apa yang sedang engkau pikirkan dan engkau rasakan. Ketika egoku tumbuh dan sialnya terus engkau yang merasakan keegoanku, maafkan aku Ibu.

Ingin sekali rasanya berbuat sesuatu yang bisa membuat engkau bangga padaku. Ingin sekali rasanya melakukan sesuatu yang bisa membahagiakanmu. Ingin sekali rasanya, Bu....




Ibu Ibu Ibu..
Rasanya ingin sekali aku mengucapkan berjuta kata cinta untukmu. Ingin sekali aku tunjukkan betapa aku menghargai, menghormati dan mencintaimu. Ibu, dirimu hanyalah satu. My superhero, my superwoman and my supermom..

Ibuku mungkin tak secantik ibu-ibu yang lain, tapi bagiku Ibuku adalah wanita tercantik.
Ibuku mungkin tak semodis ibu-ibu yang lain, tapi aku menyukai dan mencintai kesederhanaan Ibu
Ibuku mungkin tak sekaya ibu-ibu yang lain, tapi Ibuku-lah yang paling kaya hatinya
Ibuku mungkin tak seperti ibu-ibu yang lain, tapi tidak ada yang seperti Ibuku, karena beliau hanyalah satu

terima kasih Ibu
telah membesarkan aku selama ini
telah mengasihiku selama ini
telah membimbingku selama ini
telah mengajarkan kebaikan-kebaikan untukku

terima kasih Ibu
bagiku kaulah segalanya untukku
bagiku kau adalah segala puisi, kau adalah segala cinta
bagiku kau adalah penguat disaat aku rapuh
bagiku kau adalah penyemangat disaatku jatuh
bagiku kau adalah penghibur disaat hati gundah
bagiku kau adalah nyanyian disetiap kesendirian

terima kasih Yaa Allah
aku tak pernah memilih Ibuku seperti apa dan seperti siapa
tapi aku akan selalu berucap syukur alhamdulillah karena aku bisa dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang kuat, seorang Ibu yang hebat
Ibu itu pelita
yang selalu menerangi langkahku
Ibu itu seperti nafas
ada hembusan lembut yang selalu terasa

dimanapun aku, sejauh apapun diriku, aku takkan pernah merasa sendiri
ada Ibu disetiap hembusan nafasku
ada Ibu disetiap detak jantungku
ada Ibu disetiap cinta yang aku berikan

terima kasih, karena cintamu aku jadi bisa seperti sekarang ini
dan aku janji, akan terus berusaha untuk membahagiakanmu
Ibu, aku mencintai Ibu 

selamat hari Ibu, Mama


nakalnya aku masih bisa Ibu bersabar
egoku masih bisa Ibu tahan
menyebalkannya aku masih bisa Ibu mengerti
dan Ibu tak pernah bisa berhenti untuk mencintaiku, apapun kondisiku
  



I Love You with all my heart   

Kamis, 20 Desember 2012

sayap-sayap patah...

kita nggak akan selalu bisa merasa senang dan bahagia.. terkadang kita harus merasakan perih dan sakit, untuk bisa mengerti, ketika ada orang yang tak seberuntung kita.. namun bukan berarti saat kita senang kita melupakan segalanya.. TIDAK! justru seharusnya kita bersyukur..

Please perasaan, aku ingin kamu bersahabat denganku! Jangan tiba-tiba membuatku sedih, dan jangan pula tiba-tiba membuatku senang. Setidaknya tidak disaat aku sedang ingin bahagia. Baaahhhh apa pula ini..

*menghela nafas sejenak*

AKU KUAT! AKU BISA! PASTI BISA! Beberapa bulan yang lalu, selalu kata-kata ini yang aku teriakkan dalam otakku. "Sudahlah, berhenti saja kau galaukan semua ini, percuma, toh dia juga nggak bakal galauin kamu kayak kamu galauin dia." Suara-suara dalam hatiku terus saja berbisik. Entahlah, sepertinya tak ingin melewatkan perasaan ini walau hanya sekejap. Yap, bukan perasaan yang membahagiakan, seakan-akan ada benda yang sangat tajam tak sengaja melukainya, benda yang sangat berharga dan indah namun luka ini . . . . perih . . . . sungguh. Tak ada setetes darahpun yang keluar memang dari tubuh ini, namun perih ini selalu mengundang air mataku untuk turun, memang tak sederas hujan yang membuat banjir tadi. Bukan! Bukan air mata seperti itu, tapi lebih kepada air mata saat rintik-rintik hujan. Sedikit, tenang namun mampu membasahi.

Kau itu ibarat riak air di sungai, tenang, tapi entah siapa yang tahu bagaimana kau di dalamnya, apakah setenang yang terlihat? Atau justru kau semakin deras dan menghanyutkan di dalam? Yang mana? Bisakah kau sedikit santai? Agar aku lebih bisa sedikit bernafas. Fiiiuuuhhhh akhir seperti ini yang bukan aku inginkan, bukan. Aku tak ingin seperti ini, sungguh.

Berawal dari beberapa tahun yang lalu, saat aku pertama kali mengenalmu. Perkenalan yang biasa-biasa saja menurutku, karena aku sama sekali tak tertarik denganmu. Entah sejak kapan aku mulai merasa dekat denganmu, entah kenapa kau menimbulkan hasrat yang luar biasa nyaman saat aku didekatmu. Bukan mendekatimu karena aku yang punya perasaan aneh ini, BUKAN! Tapi lebih kepada karena aku inginkan kau untuk lebih mengenal lebih tentang sahabatku, yang secara tak langsung mengakui dia tertarik padamu. Aku ingin akhir yang bahagia untuk kalian. Sungguh! Tapi perasaan tulus itu berubah menjadi benci. Aku benci padamu sahabat. Sungguh, rasanya muak bahkan untuk mendengar namamu sekalipun. Teganya engkau, seseorang yang selalu aku banggakan ternyata membohongiku di belakang. Mungkin kau merasa terancam dengan keberadaanku, aku yang lebih dekat dengan dia, bukan kamu.

Aku ini bodoh atau apa, karena seharusnya aku menyadari kondisi seperti itu. Seharusnya aku sadar saat kau lebih tertarik padaku, bukan sahabatku. Pikiranku bukan kamu, ya, memang bukan kamu, tapi seseorang yang lain. Tapi siapa yang menyangka, ternyata hatiku itu kamu. Ya, ITU KAMU! DAMN! Kesadaranku justru muncul saat kau justru pergi dan menjauh. Menjadikanku sehelai dahan yang kering diantara mereka yang hijau, menyingkirkanku dan membuang jauh-jauh. Pertama kalinya aku tak ingin kau pergi. . . 

Semakin aku memikirkannya, semakin aku ingin engkau selalu ada untukku. Bah, perasaan seperti ini nggak boleh ada. Aku bukan siapa-siapa. Bahkan untuk mendekati dan sekedar menyapanya pun aku tak berani. Ya Tuhan, pengecut sekali aku.

dan semakin aku mengingatmu, semakin aku ingin engkau ada disini
semakin aku memikirkanmu, semakin aku ingin kau nyata untukku
semakin berusaha aku menjauhimu, semakin bayangmu muncul
dan hanya bisa dalam diam aku utarakan rasa ini

Tuhan, bukan seperti ini yang aku inginkan, bukan. Aku hanya inginkan semua baik-baik saja. Tapi aku sadar, aku hidup ini untuk merasakan apa itu sakit dan apa itu senang. Bukan bertahan pada satu sisi saja, sungguh, tapi aku inginkan semua baik-baik saja.

Kenyataan yang membawaku terbang dan berlari menjauh. Semakin aku mengagumimu, semakin aku tak bisa melepas rasa ini. Bahkan ketika kenyataan pahit datang. Ku anggap kau yang sungguh sempurna justru lebih memilih untuk dekat dengannya, dengan dia sahabatku. Sakit? Bukan itu, hatiku seperti mati. Aku sudah lupa bagaimana rasanya sakit tapi aku juga lupa bagaimana rasanya bahagia. Ada sesuatu yang membuatku sangat tidak menyukai situasi ini. Tolong, menjauhlah darinya!

Sampai ada saat dimana aku punya kesempatan untuk dekat denganmu, merasakan hangatnya tubuhmu, merasakan lembutmu dibalik kekarnya ragamu, merasakan sejuta kupu-kupu menari-nari dalam hatiku. Sungguh, ada perjanjianku dengan diriku, aku sama tak ingin kamu sakit. Biarlah dengan siapapun kau bahagia, asal tidak dengannya sahabatku. Yah, meski sebentar, tapi mengenalmu adalah bagian terindah dalam hidupku. Yah, meski sebentar, aku tau apa artinya sempurna itu. 

sempurna itu bukan saat kamu hanya melihat utuh seseorang, sempurna datang justru karena kau ada disampingnya dan melengkapinya.

Sungguh, diawal aku anggap kau begitu sempurna, ternyata kau jauh dari kata sempurna. Tapi dengan adanya kau disisiku, kau terlihat lebih sempurna dengan melengkapi kekuranganku. Bahagiaku lengkap, namun tak mengurangi kepedihanku. Justru disaat bersamaan kau hadirkan kesempurnaan, namun disisi lain kau juga ciptakan sebilah pedang untuk menghancurkannya. Semakin hari mengenalmu, semakin hari bersamamu, keegoisanku justru muncul. Aku hanya ingin kau jadi milikku, titik. Bukan yang lain. Mungkin Tuhan membaca keegoisanku dengan memberikan aku sentilan halusnya untuk melengkapi catatan langkahku di kehidupan ini. Sentilan halus yang harus aku akui cukup membuatku membuka pikiran dan mata hatiku yang selama ini tertutup olehnya. Sentilan yang seharusnya memang semua arah dan semua tujuanku bukan aku berikan untuknya, tapi kepada Yang Maha Agung penciptaku. Maafkan aku Tuhan.

Kesibukan dan tuntutan keadaan yang mengharuskanku tak bertemu denganmu. Tak mengapa, justru ini yang aku inginkan. Agar aku tak lagi tergantung padamu. Sampai pada suatu ketika kau merubah pandanganku tentangmu. Berbicara denganmu walau hanya sebentar, walau hanya melalui ponsel bututku. Berulang kali mengalir kata maaf darimu atas perlakuanmu. Baik, aku memaafkanmu dan akupun minta maaf. Tapi itu tidak akan mengubah keadaan, TIDAK! -entah mengapa aku yakin akan hal ini.

Hidup tanpamu membuatku tersadar, meski disela-sela detik kehidupanku terkadang masih muncul kenangan-kenangan yang pernah kau ciptakan. Bukan jadi sesuatu untuk membuatku galau! Bukan. Tapi aku belajar, dari kesalahanku dulu dan dari sesuatu yang pernah kau ajarkan buatku. Kau tak sepenuhnya buruk, kau itu baik. Kalau kau tak baik, mana mungkin kau akan mengajarkan aku hal baik? Tapi mungkin baiknya kamu bukan buatku, mungkin ada seseorang diluar sana yang membutuhkan kebaikanmu daripada aku. Cukuplah sesekali menghubungi meski bukan ada maksud lain. Cukuplah sesekali mendengar kabarmu, sungguh hatiku tak lagi dulu. Hatiku tak ada lagi namamu yang terpampang dengan jelas saat kau buka lebar-lebar pintu hatiku. Bukan. Terlebih kepada kau hanyalah semburat-semburat masa lalu.

masa yang akan datang adalah jodoh yang pasti
entah itu kau akan sukses, kau akan terus hidup, kau akan mati, atau apapun

Sang Pemberi Waktu-lah yang mempertemukanku denganmu kembali. Bukan seperti dulu, namun perasaan ini, aaah tak bisa ku tahan. Perasaan apa ini? Kenapa perih? Kenapa rasanya tak nyaman? Kenapa air mata ini ingin mengalir? Ya Tuhan, apapun tapi jangan turunkan air mata ini, tenangkan hatiku. Melewati berjam-jam denganmu bukanlah waktu yang gampang, berusaha keras menahan rasa. Kuakui, tak bertemu denganmu semua terlihat baik-baik saja. Aku mampu melupakanmu, bahkan bayangmu pun aku tak ingat. Tapi kenapa dengan ini? Kenapa perasaan yang aku tata dan aku jaga lamanya tega kau goyangkan dalam waktu sebentar yang perlahan? Tuhan, yakinkan aku untuk kuat, untuk bisa bertahan. Semua terlihat baik-baik saja sampai saat kau masih saja menganggapku "tuan putri" kecilmu, "tuan putri" yang selalu ingin kau jaga, "tuan putri" seperti saat dahulu, seperti saat aku dan kamu melebur menjadi kita.

Perasaan yang bergejolak ini membuatku sadar. Selama ini aku hanya bertahan. Aku bertahan dalam keperihan. Tak seharusnya aku lakukan ini, Tuhan sadarkan aku. Dia bukan lagi seharusnya orang yang aku puja seperti dulu. Tuhan, bangukan aku dari mimpi dan tidur panjangku ini.

seketika sepertiga kupu-kupu yang lelap tidur bangun, dengan sayap-sayapnya yang patah

perih, namun entah mengapa terasa indah. Lagi kau muncul dengan segenap keberanianmu menimbulkan perih yang telah lama terpendam.
Meski perih, namun aku bersyukur telah mengenalmu.

Tuhan telah mempertemukan aku dengan seseorang, meskipun perih namun keindahannya masih bisa aku rasakan.  

Rabu, 19 Desember 2012

yes, i love photograph!

FOTOGRAFER! 

bismillah.
one of the favorite shoot ^^



pengen belajar, buat nggak jadi yang hebat dulu, minimal bisa lah :)
 

kupu-kupu pertama

yah, mungkin terdengar sedikit aneh..
tapi rasanya, aku ingin bercerita tentang kupu-kupu pertamaku..

memutar otak, mendeskripsikan cerita, bayangkan saat pertama kali di tahun 2008.

waktu itu friendster lagi booming. "Nama FS'mu apa?" "Alamat FS'mu apa?" hampir pertanyaan menyebalkan seperti itu yang ditanyakan. masih katro sebenernya, karena nggak ngerti apa itu friendster, sampai salah seorang sahabat berhasil membuat aku jatuh cinta dengannya.

siang itu, seperti biasa sepulang sekolah aku membuka komputer pentium 3 yang ada di ruang kerja Ayah. colok kabel ke stop kontak, nyalakan CPU, duduk manis di depan komputer ditemani setoples makanan ringan yang dibeli Ibu kemarin. yaah, sungguh nikmat memang, apalagi nggak ada celoteh brisik adikku yang selalu menggangguku. tak ku pedulikan juga ketika Ayah pulang dan menyapaku, "huh mengganggu saja" bisikku dalam hati. komputer menyala, klik mozilla dan siap berpetualang di dunia maya. berharap ada seseorang yang menambakan teman di friendsterku. sedikit kecewa karena tak ada seorangpun.

tak selang beberapa lama, seseorang (tepatnya laki-laki) yang namanya tidak asing -tapi aku lupa, sepertinya pernah tau, tapi dimana ya?- aku konfirmasi saja pertemanan barunya. selang beberapa saat, orang yang baru saja aku kirim mengirimiku sebuah pesan. singkat, namun cukup mengena.

sejak pertama kalinya berkenalan (lagi) lewat dunia maya -yang sampai sekarang aku harus bilang WOW karena sudah mempertemukanku dengan orang-orang dikehidupan dahulu- kami jadi sering mengirim pesan. ternyata dia satu sekolah denganku, kelasnya pun bersebelahan, tapi aku lupa bagaimana dia, hehehe -tepatnya tidak tahu-. sampai iseng-iseng aku menanyakan tentang cowok itu ke sahabat-sahabatku. sebut saja namanya "Noe" hehehe ^^v
awalnya sahabatku sama sekali tidak curiga. karena aku memang sengaja merahasiakan ini. sampai suatu ketika, Noe mengirimiku sebuah pesan dimana dia meminta nomor ponselku. biasanya aku tak pernah sepercaya itu pada seseorang, terutama laki-laki yang baru saja aku kenal.

berhubungan intens lewat sms, ternyata jauh lebih menyenangkan dibandingkan friendster. karena aku tidak butuh waktu lama untuk membuka komputer leletku itu atau menghabiskan banyak pulsa karena selalu penasaran membuka pesan di FS -dia sudah membalasku atau belum ya? tadi dia nulis apa aja ya?- seperti itu. gaya pdkt kami pun nggak sama dengan kebanyakan ABG pada umumnya yang mengajak pergi keluar, nonton atau sekedar nonton bareng -maklum kami sama-sama anak SMA yang harus ngirit-.

minggu pagi yang cerah, seperti biasa aku dan sahabatku, Ipung, pergi les. sebenarnya ini sesuatu yang sangat menyebalkan karena harus les di hari minggu. kami seperti tidak punya waktu istirahat dan hari libur, huh! tepatnya dua minggu setelah aku dan Noe ber-sms-ria. panggilan kami pun tidak sekedar aku-kamu, tapi sudah aa-dede. yaks, menjijikkan memang kalau kita dengar sekarang. tapi dulu, itu panggilan yang sudah sangat keren lho! serius.

tiba-tiba dia sms yang sama sekali membuatku buyar konsentrasi. seperti orang aneh yang senyam senyum sendiri, Ipung hanya bisa heran.

sang kupu-kupu keluar dari kempompongnya untuk pertama kali
dan hinggap langsung dikuncup mawar yang merekah

demi apa ya Tuhan, aku bahagia hari itu juga. akhirnya dia bisa jadi milikku. hari-hari aku lalui dengan semangat. seolah-olah dia adalah pabrik pembuat semangat untukku, ya dia memang semangatku. sejak saat itu, aku tak pernah sendiri melewati hari. ada hal yang selalu ingin aku bagi dengannya. ada hal juga yang selalu ingin aku tahu dari dirinya. ya Tuhan, bahagianya aku, terimakasih telah kirimkan aku malaikat.
dia mungkin tidak setampan brad pitt, tapi dia sangat tampan menurutku. wajahnya yang menenangkan, genggaman tangannya yang menghangatkan, langkahnya yang mengharukan, yang selalu siap sedia setiap aku membutuhkan, yang selalu siap sedia melindungiku. seolah dia adalah seorang sempurna yang sengaja Tuhan kirimkan untukku. "ya Tuhan, jaga dia" bisikku di dalam doaku.

hanya sebentar memang aku merasakan manisnya kasih sayangnya. sampai suatu ketika dia membuatku benar-benar terluka. bukan aku yang memutuskan hubungan ini, tapi dia. ini pertama kalinya aku diputuskan oleh seorang lelaki. dan ini pertama kalinya pula aku merasa tak sanggup kehilangan. ya, beberapa kali berhubungan dengan lelaki, namun hanya dia yang mampu membuatku utuh.

sedikit demi sedikit aku mulai mencoba melupakan dia. sampai aku merantau dan tak pernah bertemu dengannya lagi. namun kuakui, hingga saat ini pun yang terkadang dia masih suka muncul dalam angan. dia bukan lagi seseorang yang sangat aku sayangi seperti dulu, dia hanyalah dia, seseorang yang pernah mengisi kehidupanku, seseorang yang pernah membantuku untuk lebih dewasa, seseorang yang pernah menjadi kupu-kupu pertamaku.

ya, dialah kupu-kupu pertamaku. dan sekarang kupu-kupu indah itu telah aku beri nama kenangan. kenangan indah, karena kupu-kupu itu telah menjadi sahabat baikku, meski kami tak bersama lagi.