Jumat, 30 Oktober 2015

untukmu: caci maki saja aku

Dan...
bila esok...
datang kembali
 Seperti sedia kala dimana kau bisa bercanda
 Dan...
perlahan kaupun lupakan aku 
Mimpi burukku...
dimana tlah ku tancapkan duri tajam
 Kaupun menangis...
menangis sedih 
Maafkan aku
Dan...
bukan maksudku...
bukan inginku 
Melukaimu sadarkan kau di sini kupun terluka 
Melupakanmu...menepikanmu 
Maafkan aku....
Lupakan saja diriku 
Bila itu bisa membuatmu
 Kembali bersinar dan berpijar
 Seperti dulu kala
Caci maki saja diriku
 Bila itu bisa membuatmu 
Kembali bersinar dan berpijar
 Seperti dulu kala
Dan...
bukan maksudku...
bukan inginku 
Melukaimu sadarkan kau di sini kupun terluka 
Melupakanmu...
menepikanmu 
Maafkan aku....

Sheila On 7 - DAN

Entahlah, mungkin sedang melankolis atau gimana, tiba-tiba teringat seseorang pas dengerin lagu ini.
Aku hanya ingin menyampaikan,
Jika terlampau sulit bagimu untuk melupakan aku, jika terlampau sulit bagimu untuk memaafkan aku, benci saja aku meski aku telah meminta kau untuk tidak membenciku.
Jika bagimu aku terlampau sulit dimaafkan, aku tak mengapa.
Aku sudah melewati seharian ini dengan patah hatiku.
Memang, patah hatiku pada seseorang yang aku cintai dan kemudian meninggalkan aku begitu saja.
Mungkin sama ya, seperti aku tinggalkan kemarin?
Aku takkan lagi mengemis maaf padamu, aku takkan lagi memintamu untuk mengerti dan memahami aku,
Mari kita saling belajar untuk ikhlas,
Aku dengan kehidupanku, dan kamu dengan ceritamu.
Aku (masih) dengan doa dan harapan baik untuk kesuksesanmu,
Bila memang aku menikammu begitu dalam,
Bila memang aku menggoreskan luka terlalu banyak,
Bila memang aku sulit untuk dimaafkan,
Lakukan sesukamu yang bisa membuat kau kembali seperti dulu,
Seperti saat tidak ada aku didalam kamu,
Semoga saja waktu akan menyembuhkan luka-luka dan segala pemaafan itu,
Semoga saja waktu berkenan untuk mengembalikan kamu tanpa aku,
Tidak mengapa tidak mendoakan aku, setidaknya jangan mendoakan keburukan untukku.

Selamat malam,
Semoga Allah selalu melindungimu,
Jangan pernah lupa untuk bersyukur dan kurangi mengeluh :)

Kamis, 29 Oktober 2015

aku dan kehilangan

apakah bagimu aku harus merasakan apa yang kau rasakan?
sakit hati yang kau rasakan?
apakah penting bagimu, jika ternyata aku merasakan sakit yang sama?
terima kasih.

sekarang aku sedang merasakan sakit ini (lagi)
sakit hati yang membuatku sedikit terhenyak, beginikah rasanya ditinggalkan seseorang?
iya memang seperti ini, aku pernah ditinggalkan dan sekarang ditinggalkan lagi
terima kasih, karena sudah berdoa untuk sakit hatiku ini

iya, aku ditinggalkan seseorang yang cinta dan aku banggakan
sakit memang, tapi inilah petunjuk yang Allah berikan: dia tak layak untukku
dan aku pun tak ingin meminta agar dia menjadi layak untukku, tidak
karena aku tau, di luar sana, ada seseorang yang layak untukku
karena aku tau, di luar sana, ada seseorang yang senantiasa mendoakan kebahagiaanku
terima kasih, jika ada orang yang mendoakan patah hatiku
karena tanpa doamu, akupun tak tau siapa yang terbaik untukku
terima kasih, jika ada orang yang mendoakan bahagiaku
karena tanpa doamu, akupun tak tau siapa yang tak layak untukku

Alhamdulillah, terima kasih yaa Allah, karena telah menunjukkan dia bukan untukku
Alhamdulillah, terima kasih yaa Allah, karena telah menjauhkan aku dari yang bukan jodohku
Alhamdulillah, terima kasih yaa Allah, karena dengan ini aku belajar untuk lebih menghargai orang lain

Selasa, 27 Oktober 2015

pergilah, sahabat

tentang memori masa itu, pada kamu yang telah (pernah) singgah di hati begitu lama.
pada kamu, (dulu) sahabat baikku dan ketika sekarang bukan lagi.
pada kamu, yang sedari dulu sudah memilih perempuan itu dibanding aku, selamat ya :)

Semalem denger, kalau tahun depan kamu berencana nikah sama perempuan itu ya? Alhamdulillah, selamat ya? Jangan tanya perasaanku, aku sungguh bahagia.
Memang awalnya sedikit kaget dan terkejut, sampai-sampai rasanya air mata ini mau keluar saja. Loh, tapi kan aku sudah berjanji akan berdamai dengan hatiku. Masa baru bisa melupakanmu, aku harus terbawa perasaan lagi? Maaf, aku hanya sedang berpegang teguh pada pendirian dan prinsipku.

Iya, sudah lama tidak berkabar. Tiba-tiba ada kabar begini. Sekarang aku tahu, yang seharusnya dari dulu aku tahu, bahwa sejauh dan selama apapun aku mengejarmu, aku takkan sampai padamu. Karena (mungkin) memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Sungguh, aku turut berbahagia. Eh tunggu, bahkan aku sudah sama sekali tidak memikirkanmu. Sudah lama sekali perasaan ini hilang, jadi kumohon, jangan usik lagi. Selamat berbahagia.

Awalnya sedikit sebal pada dua orang sahabatku yang sudah tahu namun nggak jua berkabar. Menjaga hatiku, katanya. Padahal aku sendiri sudah sangat lama melupakanmu. Mengingatmu saja tidak, bagaimana mungkin aku bisa galau? Sahabatku ada-ada saja, aku nggak apa-apa.

Jumat, 23 Oktober 2015

sahabat: laki-laki

hai kau, para lelaki.
coba baca sebentar ya.

sejak dulu, aku bersyukur sekali memiliki banyak sahabat, mau sahabat perempuan ataupun laki-laki.
tanpa kalian, aku bukan apa-apa :')

dari dulu, punya sahabat laki-laki, ada yang bisa deket banget, ada yang deketnya cuma standar biasa aja. yaaah, kata orang-orang sih antara laki-laki dan perempuan memang tidak bisa murni bersahabat, pasti adalah walaupun sedikit, ada perasaan lain yang menyelimuti. ceileh bahasanya.

beberapa kali punya sahabat laki-laki juga, ada yang akunya yang baper (dia entahlah, nggak tau), ada juga dianya yang baper (dan akunya biasa aja). tapi siihhh, selama inget kalau berniat untuk sahabatan, biasanya mau ada perasaan apapun juga bakal tetep sahabatan yaa. (maapkeun ya, makanya kalau suka bilang, jangan kebanyakan kode).

naahh, beberapa nih punya sahabat laki-laki yang entahlah aneh sikapnya. mau dia gombal dahsyat, ataupun cemburu yang berlebihan. aku heran, apa sih yang bisa bikin kalian gitu? beberapa tahun lalu punya sahabat yang selalu tanya alasan kenapa aku masih sendiri, alasan kenapa aku betah sendiri dan alasan kenapa aku enggak pacaran sama orang. dan aku jawablah bla bla bla dan aku juga cerita sebenernya lagi deket sama orang, dan dia bilang "yaudah, nggak usah pacaran dulu, fokus dulu aja sama kuliahmu. aku juga nggak suka kalo kamu deket sama laki-laki yang nggak jelas". what?! hello!! kamu sendiri pacaran, kamu sendiri yang nanya, giliran aku yang deket sama orang enggak boleh, katanya suruh fokus inilah, itulah, bla bla bla.

jadi, kalian yang baca ini, bantu jawab dong, kenapa dia ngomong gitu?

kenapa sih, laki-laki (sahabat-sahabat aku) kebanyakan egois sama aku? sudah ada beberapa yang bilang kayak gitu. banyak yang nge-bully, banyak yang nanyain ini itu ke aku, tapi pas akunya lagi deket sama orang, akunya lagi proses sama orang, atau aku cerita lagi ngincer orang, eehh dianya malah sok-sok marah, sok-sok nasehatin ini itu yang ujung-ujungnya malah nggak ngebolehin aku deket sama laki-laki lain. yang pada ujungnya nanti pas aku nggak jadi deket, dianya malah asik pacaran sendiri, dianya malah sibuk nge-bully lagi. hadehh. kalau cemburu, bilang dong ah, jangan dipendem sendiri :D

haha, maaf, ini postingan lagi kesel sama sahabat aku gara-gara ngeledek-ledekin sama orang yang aku nggak suka banget, tapi giliran aku ngomong aku lagi ngincer yang bening, dianya malah marah-marah nggak jelas. bahaha. seloww bro :p

Jumat, 16 Oktober 2015

untukmu: tentang sebuah penyesalan, maafkan aku

aku harus menuliskan ini, karena aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan padamu,
pada seseorang yang (mungkin) sudah aku sakiti begitu dalam,
pada seseorang yang (mungkin) sudah meninggalkan aku begitu jauh,
kumohon, bacalah sebentar dan maafkan aku.
Iya ini untukmu, aku tahu kau selalu membaca ini.

Ini oktober untuk hari ke-16. Sudah beberapa minggu ini merasakan penyiksaan yang begitu dalam dengan adanya perasaan menyesal ini. Maafkan aku.

Sudah lama kita tidak saling berbincang, mungkin terakhir kalinya. Kapan lagi kita akan bercengkerama? Seperti yang selalu kita lakukan dahulu, dahulu sebelum aku sengaja pergi dan dahulu sebelum kamu menemukan orang lain.

Aku mungkin sudah salah memahami selama ini. Aku mungkin sudah salah menyadari tentang tulisan-tulisanmu selama ini. Mungkin aku terlalu bebesar rasa karena mengira semua tulisan-tulisanmu tentang aku. Atau jika memang semua tentang aku, aku mohon, berikan waktumu sebentar saja, untuk hanya sekedar menengok tulisan ini.

Maafkan aku untuk yang kesekian kalinya. Sungguh, maafkan aku. Aku memang pengecut, yang tidak bisa sedikitpun berani mengutarakan padamu. Maafkan aku.
Sudah hampir satu tahun, kamu membiasakan dirimu denganku. Padahal selalu saja aku menolak. Aku memang pembohong maya, yang bisa bercanda di maya, namun menjadi seseorang yang menyebalkan dinyata. Sedihku pertama waktu kau berkata, tak akan lagi memaksaku untuk mengijinkanmu "hanya" sekedar singgah di rumahku. Maaf. Karena aku terlalu takut, takut dengan hadirnya dirimu di depan orang tuaku, dan mereka akan menolak. Maaf :(

Mungkin awalnya aku sedikit membencimu, karena sudah terlalu memaksakan aku. Sampai kau mengubah posisimu, menjadi seseorang yang bisa mendengarkan keluh kesahku. Dan aku mulai merasa hadirnya kamu. Mungkin aku sangat bodoh karena tidak berusaha menunjukkan, mungkin gengsiku yang menjadi alasan. Atau mungkin kamu yang tidak memberikan aku kesempatan untuk menunjukkan. Tahukah kau, dengan segala pengertian dan kesabaranmu, membuat aku merasa diterima?

Lalu kau tiba-tiba pergi, lalu kau tiba-tiba menemukan cinta lain. Iya, aku tak mengapa saat itu. Karena cintaku padanya terlalu besar sampai-sampai aku tak melihat kamu. Mungkin saat itu aku sudah mulai terbiasa tanpamu. Karena meskipun kamu sudah memiliki cinta lain, namun perhatianmu tidak berkurang padaku. Kesabaranmu yang selalu aku membuatku salut sekaligus malu. Maafkan aku.

Tiba-tiba kau datang lagi, tiba-tiba kau mengungkit semua kenangan yang dulu pernah kita lalui. Tiba-tiba pula kau ungkit lagi alasan mengapa kau tidak menemuiku, enam bulan lalu. Iya, aku salah karena aku menolak. Lalu aku menyesal karena aku sudah membuatmu tidak bisa menemuiku. Maaf.
Lalu kau datang bukan dengan masalah sederhana. Lagi-lagi kau meletakkan keluh dan kesahmu padaku. Aku memang tidak pernah keberatan dengan hal itu. Aku selalu suka menjadi sandaran. Tapi semua itu berubah saat kau menulis semua tentangku. Bagaimana kau merasakan kelegaan luar biasa karena sudah menumpahkan keluh kesahmu padaku, bagaimana kau memujiku karena aku mampu mengerti dan tidak menggurui. Itu untukku, bukan? Jujur aku bangga, karena tanpa sengaja aku sedang memikirkanmu. Mungkin hanya sedikit rindu karena sudah lama tidak bersua.

Lalu, apakah berikutnya segala tulisan tentangku? Tentang aku yang paling kamu, dan kamu yang paling aku? Apakah tulisan itu tentangku? Tentang kita yang bertemu tanpa sengaja dan berpisah tanpa terasa? Lalu apakah itu tentang aku, yang sebenarnya bagian membuatmu kecewa?

Sungguh, jika benar itu semua tentangku, maafkan aku. Aku bodoh sekali, karena selama ini berusaha untuk tidak menyadari semua itu. Aku bodoh sekali, karena aku berusaha menepis semuanya. Sekarang, ketika semua sudah terlambat, aku menyesal dengan semuanya.
Maafkan aku.
Namun juga semua tulisan itu bukan tentangku, maafkan aku yang terlalu perasa. Maafkan aku yang berpikiran buruk tentangmu. Maaf.

Apakah pernah terlintas dipikiranmu, bahwa kau akan membenciku? Bahwa kau berusaha untuk membenciku? Dan kau berusaha untuk terus menjauh dariku? Ini hal kedua, yang membuatku sedih dibanding kesedihan yang pertama. Tidak bisakah kau sedikit saja bersabar? Mungkin semua ini salahku, selalu menginginkanmu bersabar, namun aku terus saja meninggalkan kesabaran itu. Baiklah, anggap saja aku menerima kebencian itu, meskipun aku tidak bisa. Maafkan aku.
Bila kau pergi, bila kau menjauh, bila kau sudah bahagia, maafkan aku yang pernah membuatmu begitu menderita. Maafkan aku yang pernah membuatmu begitu menyesal. Maafkan aku yang pernah membuatmu begitu membenci aku. Dan aku menjadi buruk karena dibenci olehmu. Aku terlalu sombong dengan semua rasamu. Dan aku terlalu takut untuk menerima rasamu.

Silahkan saja. Sekarang kau sudah boleh membenci aku dan pergi menjauh. Aku hanya ingin menyampaikan satu hal untukmu, bahwa aku -tidak pernah sedikitpun- dalam aku yang mengacuhkanmu, bahwa tidak pernah sedikitpun aku mengabaikanmu, bahwa tidak pernah sedikitpun aku tidak mempedulikanmu. Bahwa semua yang hanya bisa aku lakukan adalah mendoakan kebahagiaanmu, dan menjadi ada disaat kau selalu membutuhkan aku. Bahwa aku, sebenarnya waktu itu, aku sedang meminta sedikit waktu darimu untuk lebih bersabar tentangku, dimana aku sedang berproses, dimana aku sedang mempersiapkan diriku, dan aku sedang berusaha merasakan apa yang kamu rasakan untukku. Namun ternyata aku yang salah karena tidak mampu untuk berterus terang. Mungkin kau sudah benar-benar lelah dan menyerah sampai kau pergi begitu saja. Sungguh, maafkan aku. Karena dari semua, aku hanya butuh waktu untuk terbiasa, aku hanya butuh waktu untuk bisa merasakan. Namun waktuku yang terlalu banyak. Maafkan aku.

Aku memang perempuan paling bodoh, karena tidak bisa melihat apa dan siapa yang sedang menungguku, dan malah pergi menunggu orang lain yang ternyata tidak mempedulikan aku. Sungguh aku sangat menyesal dan aku minta maaf.
Aku tidak minta apa-apa darimu, jangan hanya karena tulisan ini kau jadi berbalik padaku. Jangan pernah, jika itu hanya menyakitimu dan bahagiamu. Aku yang akan pergi, dan tidak akan mengganggumu.
Jika kau masih membutuhkan aku, aku akan siap ada untukmu.
Maafkan aku sekali lagi.

Aku akan berusaha untuk terbiasa tanpamu, tanpa pengertian dan kesabaranmu.
Semoga aku akan menemukan, yang bisa mengerti, memahami dan menyabariku.
Sekali lagi, maafkan aku. Kau boleh pergi menjauh, kau boleh tidak mempedulikan aku, namun hanya satu pintaku: jangan pernah membenci aku. Maafkan aku.


Regard,
Dari aku yang selalu nyaman berbincang denganmu