Jumat, 16 Oktober 2015

untukmu: tentang sebuah penyesalan, maafkan aku

aku harus menuliskan ini, karena aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan padamu,
pada seseorang yang (mungkin) sudah aku sakiti begitu dalam,
pada seseorang yang (mungkin) sudah meninggalkan aku begitu jauh,
kumohon, bacalah sebentar dan maafkan aku.
Iya ini untukmu, aku tahu kau selalu membaca ini.

Ini oktober untuk hari ke-16. Sudah beberapa minggu ini merasakan penyiksaan yang begitu dalam dengan adanya perasaan menyesal ini. Maafkan aku.

Sudah lama kita tidak saling berbincang, mungkin terakhir kalinya. Kapan lagi kita akan bercengkerama? Seperti yang selalu kita lakukan dahulu, dahulu sebelum aku sengaja pergi dan dahulu sebelum kamu menemukan orang lain.

Aku mungkin sudah salah memahami selama ini. Aku mungkin sudah salah menyadari tentang tulisan-tulisanmu selama ini. Mungkin aku terlalu bebesar rasa karena mengira semua tulisan-tulisanmu tentang aku. Atau jika memang semua tentang aku, aku mohon, berikan waktumu sebentar saja, untuk hanya sekedar menengok tulisan ini.

Maafkan aku untuk yang kesekian kalinya. Sungguh, maafkan aku. Aku memang pengecut, yang tidak bisa sedikitpun berani mengutarakan padamu. Maafkan aku.
Sudah hampir satu tahun, kamu membiasakan dirimu denganku. Padahal selalu saja aku menolak. Aku memang pembohong maya, yang bisa bercanda di maya, namun menjadi seseorang yang menyebalkan dinyata. Sedihku pertama waktu kau berkata, tak akan lagi memaksaku untuk mengijinkanmu "hanya" sekedar singgah di rumahku. Maaf. Karena aku terlalu takut, takut dengan hadirnya dirimu di depan orang tuaku, dan mereka akan menolak. Maaf :(

Mungkin awalnya aku sedikit membencimu, karena sudah terlalu memaksakan aku. Sampai kau mengubah posisimu, menjadi seseorang yang bisa mendengarkan keluh kesahku. Dan aku mulai merasa hadirnya kamu. Mungkin aku sangat bodoh karena tidak berusaha menunjukkan, mungkin gengsiku yang menjadi alasan. Atau mungkin kamu yang tidak memberikan aku kesempatan untuk menunjukkan. Tahukah kau, dengan segala pengertian dan kesabaranmu, membuat aku merasa diterima?

Lalu kau tiba-tiba pergi, lalu kau tiba-tiba menemukan cinta lain. Iya, aku tak mengapa saat itu. Karena cintaku padanya terlalu besar sampai-sampai aku tak melihat kamu. Mungkin saat itu aku sudah mulai terbiasa tanpamu. Karena meskipun kamu sudah memiliki cinta lain, namun perhatianmu tidak berkurang padaku. Kesabaranmu yang selalu aku membuatku salut sekaligus malu. Maafkan aku.

Tiba-tiba kau datang lagi, tiba-tiba kau mengungkit semua kenangan yang dulu pernah kita lalui. Tiba-tiba pula kau ungkit lagi alasan mengapa kau tidak menemuiku, enam bulan lalu. Iya, aku salah karena aku menolak. Lalu aku menyesal karena aku sudah membuatmu tidak bisa menemuiku. Maaf.
Lalu kau datang bukan dengan masalah sederhana. Lagi-lagi kau meletakkan keluh dan kesahmu padaku. Aku memang tidak pernah keberatan dengan hal itu. Aku selalu suka menjadi sandaran. Tapi semua itu berubah saat kau menulis semua tentangku. Bagaimana kau merasakan kelegaan luar biasa karena sudah menumpahkan keluh kesahmu padaku, bagaimana kau memujiku karena aku mampu mengerti dan tidak menggurui. Itu untukku, bukan? Jujur aku bangga, karena tanpa sengaja aku sedang memikirkanmu. Mungkin hanya sedikit rindu karena sudah lama tidak bersua.

Lalu, apakah berikutnya segala tulisan tentangku? Tentang aku yang paling kamu, dan kamu yang paling aku? Apakah tulisan itu tentangku? Tentang kita yang bertemu tanpa sengaja dan berpisah tanpa terasa? Lalu apakah itu tentang aku, yang sebenarnya bagian membuatmu kecewa?

Sungguh, jika benar itu semua tentangku, maafkan aku. Aku bodoh sekali, karena selama ini berusaha untuk tidak menyadari semua itu. Aku bodoh sekali, karena aku berusaha menepis semuanya. Sekarang, ketika semua sudah terlambat, aku menyesal dengan semuanya.
Maafkan aku.
Namun juga semua tulisan itu bukan tentangku, maafkan aku yang terlalu perasa. Maafkan aku yang berpikiran buruk tentangmu. Maaf.

Apakah pernah terlintas dipikiranmu, bahwa kau akan membenciku? Bahwa kau berusaha untuk membenciku? Dan kau berusaha untuk terus menjauh dariku? Ini hal kedua, yang membuatku sedih dibanding kesedihan yang pertama. Tidak bisakah kau sedikit saja bersabar? Mungkin semua ini salahku, selalu menginginkanmu bersabar, namun aku terus saja meninggalkan kesabaran itu. Baiklah, anggap saja aku menerima kebencian itu, meskipun aku tidak bisa. Maafkan aku.
Bila kau pergi, bila kau menjauh, bila kau sudah bahagia, maafkan aku yang pernah membuatmu begitu menderita. Maafkan aku yang pernah membuatmu begitu menyesal. Maafkan aku yang pernah membuatmu begitu membenci aku. Dan aku menjadi buruk karena dibenci olehmu. Aku terlalu sombong dengan semua rasamu. Dan aku terlalu takut untuk menerima rasamu.

Silahkan saja. Sekarang kau sudah boleh membenci aku dan pergi menjauh. Aku hanya ingin menyampaikan satu hal untukmu, bahwa aku -tidak pernah sedikitpun- dalam aku yang mengacuhkanmu, bahwa tidak pernah sedikitpun aku mengabaikanmu, bahwa tidak pernah sedikitpun aku tidak mempedulikanmu. Bahwa semua yang hanya bisa aku lakukan adalah mendoakan kebahagiaanmu, dan menjadi ada disaat kau selalu membutuhkan aku. Bahwa aku, sebenarnya waktu itu, aku sedang meminta sedikit waktu darimu untuk lebih bersabar tentangku, dimana aku sedang berproses, dimana aku sedang mempersiapkan diriku, dan aku sedang berusaha merasakan apa yang kamu rasakan untukku. Namun ternyata aku yang salah karena tidak mampu untuk berterus terang. Mungkin kau sudah benar-benar lelah dan menyerah sampai kau pergi begitu saja. Sungguh, maafkan aku. Karena dari semua, aku hanya butuh waktu untuk terbiasa, aku hanya butuh waktu untuk bisa merasakan. Namun waktuku yang terlalu banyak. Maafkan aku.

Aku memang perempuan paling bodoh, karena tidak bisa melihat apa dan siapa yang sedang menungguku, dan malah pergi menunggu orang lain yang ternyata tidak mempedulikan aku. Sungguh aku sangat menyesal dan aku minta maaf.
Aku tidak minta apa-apa darimu, jangan hanya karena tulisan ini kau jadi berbalik padaku. Jangan pernah, jika itu hanya menyakitimu dan bahagiamu. Aku yang akan pergi, dan tidak akan mengganggumu.
Jika kau masih membutuhkan aku, aku akan siap ada untukmu.
Maafkan aku sekali lagi.

Aku akan berusaha untuk terbiasa tanpamu, tanpa pengertian dan kesabaranmu.
Semoga aku akan menemukan, yang bisa mengerti, memahami dan menyabariku.
Sekali lagi, maafkan aku. Kau boleh pergi menjauh, kau boleh tidak mempedulikan aku, namun hanya satu pintaku: jangan pernah membenci aku. Maafkan aku.


Regard,
Dari aku yang selalu nyaman berbincang denganmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar