Selasa, 27 Oktober 2015

pergilah, sahabat

tentang memori masa itu, pada kamu yang telah (pernah) singgah di hati begitu lama.
pada kamu, (dulu) sahabat baikku dan ketika sekarang bukan lagi.
pada kamu, yang sedari dulu sudah memilih perempuan itu dibanding aku, selamat ya :)

Semalem denger, kalau tahun depan kamu berencana nikah sama perempuan itu ya? Alhamdulillah, selamat ya? Jangan tanya perasaanku, aku sungguh bahagia.
Memang awalnya sedikit kaget dan terkejut, sampai-sampai rasanya air mata ini mau keluar saja. Loh, tapi kan aku sudah berjanji akan berdamai dengan hatiku. Masa baru bisa melupakanmu, aku harus terbawa perasaan lagi? Maaf, aku hanya sedang berpegang teguh pada pendirian dan prinsipku.

Iya, sudah lama tidak berkabar. Tiba-tiba ada kabar begini. Sekarang aku tahu, yang seharusnya dari dulu aku tahu, bahwa sejauh dan selama apapun aku mengejarmu, aku takkan sampai padamu. Karena (mungkin) memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Sungguh, aku turut berbahagia. Eh tunggu, bahkan aku sudah sama sekali tidak memikirkanmu. Sudah lama sekali perasaan ini hilang, jadi kumohon, jangan usik lagi. Selamat berbahagia.

Awalnya sedikit sebal pada dua orang sahabatku yang sudah tahu namun nggak jua berkabar. Menjaga hatiku, katanya. Padahal aku sendiri sudah sangat lama melupakanmu. Mengingatmu saja tidak, bagaimana mungkin aku bisa galau? Sahabatku ada-ada saja, aku nggak apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar