Rabu, 10 Agustus 2016

BERDUSTA

Kali ini pengen banget bikin tulisan tentang berbohong atau berdusta.
Beberapa hari yang lalu, saya dihubungi oleh seseorang (teman) yang meminta saya untuk berbohong dan menutup-nutupi apa yang sedang dia lakukan pada saudaranya. Jujur saya tersinggung, kenapa? Karena untuk kesekian kalinya, saya diminta untuk berbohong. Duh, kalau mau dosa, dosa aja sendiri dong. Jangan ngajak-ngajak orang lain. Emangnya enak apa berdusta? Konsekuensinya adalah yakali kalau orang yang kita dustai tidak tahu, tapi Allah Maha Mengetahui Sesuatu. Ibu dan ayah saya, termasuk keluarga saya yang lain, menanamkan pentingnya kejujuran dalam hal apapun. Saya sendiri, selalu gelisah dan tidak sampai hati kalau harus membohongi atau menyembunyikan sesuatu dari ibu dan ayah saya. Kenapa? Saya tidak mau jadi anak durhaka. Lalu, kalau ada orang yang meminta saya untuk berdusta, yang berdosa siapa? Saya. Termasuk ibu dan ayah saya. Kamu, masa iya sih, tega membalas semua kebaikan yang telah ibu dan ayahmu berikan dengan sebuah dosa? Dosa kecil, yang dilakukan berulang-ulang juga lama-lama akan membesar. Hadiah terbaik untuk ibu dan ayah adalah dengan menjadi anak yang soleh/solehah, yang berbakti pada orang tua.

Jujur saja saya kecewa. Memangnya saya apaan, sampai-sampai disuruh berbohong. Beranikah menanggung dosa-dosa saya? Tidak kan. Makanya jangan ajarkan orang untuk berbohong.

Bukankah teman yang baik itu adalah teman yang mengajak pada kebaikan? Teman yang dengan hanya didekatnya saja sudah mampu mengingatkanmu pada Allah? Bukan teman yang mengajak pada keburukan, atau bahkan malah menjerumuskannya pada neraka. Ibu dan ayah saya saja tidak sampai hati jika sampai menyakiti anaknya, apalagi menjerumuskan pada neraka. Naudzubillah min dzalik.