Selasa, 21 Mei 2013

karena orang yang tepat itu . . .



orang yang tepat buatmu bukanlah dia yang selalu menuntut perubahan padamu, karena dia yang tepat buatmu benar-benar akan menyukaimu apa adanya. Namun jika kamu bersama seseorang yang selalu menuntut perubahan sesuai keinginannya, itu artinya dia (mungkin) bukan orang yang tepat buatmu

Aku suka kata-kata ini. Kata-kata yang baru saja keluar ketika sedang mengobrol santai dengan salah seorang sahabatku. Menurutnya, orang yang tepat adalah orang yang menuntut perubahan. Tapi buatku, justru orang yang tepat itu bukan orang yang selalu menuntut adanya perubahan pada dirimu, kecuali memang itu baik buatmu.
Aku selalu tersanjung ketika melihat orang yang menemukan pasangan yang tepat. Mereka hanya cukup mencintai dan dicintai HANYA dengan menjadi dirinya sendiri. Seperti ayah dan ibuku. Bahagia rasanya. Terkadang ada rasa cemburu terbesit, akankah kelak jika aku punya pasangan akan sebahagia ayah dan ibuku dengan cukup menjadi diriku sendiri? Semoga saja, aamiin.
Aku akan mengambil contoh sederhana saja. Bukan cerita orang lain. Hanya sekelumit kisah yang pernah aku jalani.

Aku pernah mencintai seseorang. Dia terlihat begitu indah sempurna buatku. Tanpa ada cela. Andaikata dia warna, buatku dia adalah putih, bersih, tanpa kotor. Itu dulu, sebelum aku memang benar-benar mengenalnya. Entah mengapa, setelah mengenalnya, aku merasa sungguh tersiksa. Bagaimana bisa aku mencintai seseorang, dekat dengannya tapi hatiku selalu tersiksa? Apakah ini cinta? Benarkah ini cinta? Iya kah? Aku juga nggak ngerti. Dia selalu memintaku untuk berubah. Berubah sesuai dengan yang dia mau. Memang yang dia inginkan itu yang terbaik. Tapi harusnya dia tau, harusnya dia paham dan harusnya dia mengerti, kan apa yang dia inginkan belum tentu memang itu yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain. Awalnya mungkin dengan senang hati aku menurutinya. Lama-lama rasanya sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa aku merasa tersiksa dengannya. Apakah memang benar ini yang aku mau? Apa memang benar dia yang aku butuhkan? Apakah memang bla bla bla. Masih banyak pertanyaan yang lain. Dan ketika aku ikhlaskan untuk melepasnya, dengan alasan demi hatiku (sesekali boleh dong memikirkan perasaan sendiri, jangan hanya memikirkan orang lain yang belum tentu dia benar-benar memikirkan perasaan kita walau ucapnya begitu, you know what i mean J) justru aku merasa lega. Ya lega, kenapa? Karena aku tak perlu lagi memakai topeng. Topeng? Iya. Haha. Hanya karena dalih ingin membahagiakannya, aku harus berpura-pura menjadi apa yang dia inginkan, menjadi orang lain yang justru teramat sangat menyiksaku. Dan pernyataan ini diperkuat ketika sahabatku mengatakan bahwa, mereka lebih suka melihatku ketika aku tidak bersama dia, karena jika bersamanya aku menjadi orang lain yang tidak mereka kenal.

See? Itulah kenapa aku berani mengatakan, orang yang tepat buatmu tidak akan menuntut perubahan besar padamu karena dia lebih menyukai dirimu apa adanya. Temukan orang yang demikian, dan ketika kau mendapatkannya, jangan lepaskan. Orang yang aku maksud disini bukan hanya pasangan lho ya, melainkan teman, sahabat dan lingkungan juga. Mungkin kamu perlu sedikit perubahan, tapi ingat, lakukan dengan ikhlas dan bila memang itu yang benar-benar kau mau. Jangan sampai terpaksa ya.

Karena sesuatu yang dipaksakan itu hasilnya takkan menjadi baik.

*semoga bermanfaat ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar